Sejarah Mangrove Center
Menurut informasi masyarakat setempat, kawasan Stasiun Lapangan Praktek Akademi Perikanan Sidoarjo (SLP-APS) awalnya merupakan kawasan hutan mangrove yang dikonversi menjadi tambak intensif udang Windu (Penaeus monodon) seluas lebih dari 50 Ha. Tambak tersebut dibangun pada awal tahun 1980-an, dan mulai operasional secara optimal mulai tahun 1985 sampai 1994. Sejak tahun 1995 tambak tersebut mulai mendapatkan ganguan penyakit bakterial dan virus yang menyerang udang Windu, sehingga menyebabkan gagal panen. Kegagalan panen udang Windu yang berlangsung secara terus menerus, maka kegiatan usaha budidaya tambak intensif udang Windu tersebut dihentikan. Sepuluh tahun kemudian, tepatnya bulan Oktober 2005, sebagian dari lahan tambak intensif seluas 22,5 ha diserahkan kepada Akademi Perikanan Sidoarjo untuk difungsikan sebagai tambak praktek bagi taruna.
Penanaman mangrove dimulai pada bulan September tahun 2006 oleh taruna APS pada bagian pinggir saluran air tambak sebanyak 5.000 batang jenis Rhizophora sp. Penanaman mangrove menjadi wacana yang wajib dilakukan setelah adanya kebijakan pemerintah terkait dengan pembuangan lumpur Lapindo ke laut melalui sungai Porong, yang berdampak terhadap kualitas air di tambak. Sehingga pada tahun 2007 dan 2008 taruna APS bersama dengan masyarakat melakukan penanaman mangrove masing-masing sebanyak 7.500 dan 10.000 batang di kawasan penyangga dan sungai. Seiring dengan perjalanan waktu pada tanggal 22 Nopember 2007 lahan tambak praktek tersebut diresmikan oleh Kepala Badan SDM Kelautan dan Perikanan (bapak Prof. Dr. Ir. Sahala Hutabrat, M.Sc) dan diberi nama “Stasiun Lapangan Praktek Akademi Perikanan Sidoarjo di Pulokerto Pasuruan”.
Hasil penanaman mangrove mulai tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 di Stasiun Lapangan Praktek APS mendapatkan respon positip dari berbagai pecinta mangrove dan organisasi lingkungan baik dalam maupun luar negeri. Salah satu perusahaan dan organisasi lingkungan yang melakukan kunjuangan adalah YL. Invest. Co Ltd dan NPO Lion Mangrove Project dari Fukuoka Jepang pada bulan Maret tahun 2009. Dari hasil kunjungan disepakati untuk dilakukan kerjasama pengembangan perbaikan lingkungan pesisir akibat pemanasan global melalui penanaman mangrove dikawasan tambak.
Penandatangan kerjasama (MoU) dilakukan di Auditorium APS pada tanggal 8 Agustus 2009 bersamaan dengan acara Wisuda Taruna Akademi Perikanan Sidoarjo Angkatan IX. MoU ini berturut-turut ditandatangai oleh Direktur Akademi Perikanan Sidoarjo (bapak DR. Endang Suhaedy) dengan President YL. Invest Co Ltd (Mr. Akira Yamamoto) dan Chairman NPO Lion Mangrove Project (Mr. Hirotaro Yamasaki) serta disaksikan oleh Kepala Badan SDM Kelautan dan Perikanan (Prof. Sahala Hutabarat).
Untuk memenuhi target penanaman mangrove, berturut-tururt pada tahun 2009 ditanam sebanyak 29.000, tahun 2010 sebanyak 29.500 batang dan tahun 2011 sebanyak 15.000 batang atau total hasil penanaman mangrove telah mencapai 100.000 batang. Sehingga pada tahun 2011 di SLP-APS telah terpenuhi target penanamannya sesuai dengan rancangan sebagimana disebutkan di atas.
Untuk itu sejak tahun 2012 penanaman mangrove mulai di arahkan pada lahan tambak masyarakat terutama yang kurang produktif menjadi tambak alas model APS. Sebagai pilot project telah dilakukan penanaman mangrove di tambak kelompok pembudidaya “Mina Mas” Desa Lemah Kembar Kecamatan Sumberasih Kebupaten Probolinggo Propensi Jawa Timur seluas 1,5 ha dan kelompok pembudidaya tambak “Sido Agung” Desa Kebonagung Kecamatan Kraksaan Kabupaten Probolinggo Propinsi Jawa Timur Indonesia seluas 1,0 ha. Kemudian pada tahun 2013 dilakukan penanaman mangrove di tambak kelompok pembudidaya tambak “Sumber Jaya” Desa Pulokerto Kecamatan Kraton Kabupaten Pasuruan Propensi Jawa Timur Indonesia seluas 2,5 ha. Penanaman mangrove dengan konsep “Tambak Alas APS” di tambak masyarakat akan terus dikembangkan diseluruh wilayah Indonesia.
Kunjungan kerja Kepala Badan Pengembangan SDM Kelautan dan Perikanan tanggal 8 Oktober 2013 di SLP-APS, memberikan arahan agar kawasan SLP-APS menjadi pusat mangrove yang berbasis pendidikan. Menurut Kepala Badan (DR. Ir. Suseno Sukoyono, MM), pusat mangrove tersebut memiliki ciri khusus apabila dibandingkan dengan pusat mangrove di tempat lain. Ciri khusus yang dimaksud adalah memadukan ekosisitem hutan mangrove dengan kegiatan budidaya perikanan di tambak. Pusat mangrove tersebut disepakati untuk diberi nama “Mangrove Centre Akademi Perikanan Sidoarjo (MC-APS)”.